[FF/YAOI/THANKS FOR BE MY LOVE CHAPTER 3]


Title : Thanks For Be My Love

Author : Fitria Utami

Genre : Romance YAOI

Rated : M

Length : Chapter

Cast : Choi Jonghun, Lee Hongki and others

 

 

 

Annyeong~~

Jeongmal mianhae ya pochan baru sempet ngelanjutin ffnya kemaren

Bener-bener minta maaf juga buat tante bandar, maaf aku sharenya telat T___T *nangis di pojokan*

Oh ya oh ya, aku uda lulus SMA loh >_< makasih doanya, baru selese ikut SNMPTN juga == kkk jadi maklumin saya yah soalnya sibuk banget u,u sekali lagi mianhaee T^T

Kira-kira masih ada yg inget ff ini ga ya? #jeder

 

All of here is Author Point of View [POV]

 

Pohon mapple yg telah usang menjadi saksi kedua pasang mata yg berbeda tatapan, tatapan sepasang mata pertama mengisyaratkan dendam dan kebencian pada sosok lelaki dengan badan tegap didepannya dan sepasang mata kedua membuntuti tatapan pemilik pasang mata pertama. Keduanya hanya terdiam tanpa suara untuk mendengar atau lebih tepatnya menguping pembicaraan dari dua pemuda dengan paras berbeda yg berada sekitar beberapa langkah didepan mereka. Jonghun –sang pemilik sepasang mata pertama- semakin mengepalkan kedua tangannya begitu ia ketahui yg ditemui oleh sahabatnya sendiri adalah Jaejinnie –pemilik paras ayu dari kedua lelaki tersebut- yg notabene adalah mantan kekasihnya yg sangat dicintainya. Sementara sang pemilik sepasang mata kedua –Hongki- hanya duduk termenung di bawah pohon mapple karena tak tahu asal muasal kejadian mengapa ia bisa disulap menjadi Yeoja dan harus mengikuti Jonghun untuk membuntuti sang tuan barunya yg baru dikenalnya beberapa jam lalu Oh Wonbin. Hongki semakin tak berdaya menahan teriknya matahari siang ini, ia bergegas ke tempat berdirinya Jonghun yg entah sejak kapan terlihat seperti stalker yg membuntuti sang idola. Hongki mulai bergumam

 

“Jonghun-ah, sebenarnya untuk apa kita kemari huh? Aku capek, sebaiknya kita pulang”

“Pssst… diamlah sebentar Lee Hongki, aku ingin menyelidiki sesuatu”

 

“Menyelidiki? Kau terlihat seperti membuntuti”

“Psst diamlah, sebentar lagi giliranmu”

“Ha? Maksudmu?”

Jonghun tak menjawab pertanyaan dari Hongki, ia hanya mengisyaratkan Hongki agar berdiri tak jauh darinya, sementara itu percakapan antara Wonbin dan Jaejin semakin memanaskan kedua indera pendengarnya.  Terdengar samar-samar suara Wonbin yg sedikit berteriak

“Jaejinnie, kau tahu, aku sangat mencintaimu lebih dari apapun, tak bisakah kau menungguku beberapa tahun lagi?”

Jonghun yg mendengarnya hanya memasang tampang polos seolah bak penonton yg tak melihat pertunjukan kolosal dari awal. Jonghun mengedarkan pandangannya menuju Jaejin yg terlihat  mulai berpikir, Jaejin mengeluarkan hasil dari renungannya selama beberapa seconds tadi

 

“Kupikir kau benar, aku mungkin hanya terlalu mementingkan egoku, aku berjanji akan selalu bersamamu, aku juga sangat sangat mencintaimu Wonbinnie”

“Benarkah? Terimakasih Jaejinnie, kau memang pacarku yg paling cantik”, Wonbin yg selagi itu sangat gemas pun mencubit kedua pipi Jaejin hingga sang empunya mengeluarkan taringnya

“Cantik? Aku ini namja ==”, Jaejin menjawabnya ketus

“Kau memang seorang namja, tapi apakah kau tak menyadari kecantikanmu, eoh?”, Wonbin sangat senang mengganggu sang uke miliknya itu, merekapun berlarian dan sesekali memainkan ayunan yg mereka duduki bersama itu. Sementara dilain sisi Jonghun yg semakin memanas mulai mengedarkan matanya secara bringas kearah Hongki, lalu dengan anggukan dan bibir yg semakin memucat akibat begitu takjub dengan sosok Jonghun yg baru mulai pasrah digandeng sang pemilik mata kelam itu.

 

 

 

 

Jonghun dan Hongki kini sedang bersiap untuk melaksanakan misi keduanya, mereka mulai mengeluarkan beberapa peralatan piknik dari dalam tas milik Hongki, mereka berdua tepat menggelar karpet mereka di depan Wonbin dan Jaejin yg semakin mesra bermain ayunan.

“Huh seperti anak TK saja bermain ayunan”, Jonghun mendengus kesal begitu saja yg diiringi tegukan ludah milik Hongki. Seakan dunia ini begitu kejam, mengapa ia harus terlibat dalam permainan ini? Setelah mereka menyelesaikan persiapan piknik itu, Hongki mulai mengeluarkan kotak bento yg tadi ia dan Jonghun beli di pinggir jalan, ia mengambil sepotong kimbap dan mulai berseru dengan nada yg dibuat entah sejak kapan sedemikian manisnya itu

 

“Jonghuniee~~~, ayo makan kimbap ini, ini enak loh, aku sendiri yg membuatnya”

 

Hoek -_- Hongki seperti ingin muntah harus bersikap aegyo dan mengibul itu. Jonghun yg merasa Hongki telah mengerjakan perintahnya semakin menaikkan alisnya dan menjawab perkataan Hongki dengan lebih keras lagi dengan maksud agar kedua pasangan di belakangnya mengalihkan pandangannya pada mereka, Jonghun mulai membuka mulutnya dan bergumam

 

“Aigoooo~ Hongki-ya~~ kau memang pacar yg perhatian, Massita! Enak sekali kimbap ini Hongki-ya”

 

Jonghun mengeluarkan smirknya begitu saja pada Hongki yg posisinya menghadap ke arah Wonbin dan Jaejin yg berada di belakang mereka. Hongki meneguk ludah untuk sekian kalinya, ia mengambil beberapa bungkus kue beras dan memulai aksinya kembali.

 

“Jonghunieee, apa kau mau mencicipi kue beras ini? Kata ahjumma sang penjual kue beras ini yg terbaik di Korea loh dan sangat cocok untuk orang yg sedang berkencan”

“Wah Hongki-ya, kau sungguh baik hati sekali, aku makan ya?”

“Ohok… ohok”

 

Jonghun tersedak –dengan disengaja tentunya-, ia semakin menjadi-jadi, membuat sedakannya adalah hal yg paling pas untuk mengusik kedua makhluk yg enggan turun dan mengalihkan pandangannya kedepan. Tepat! Disaat Jonghun memalingkan mukanya untuk berbalik arah dan Hongki yg sedang memukul-mukul kekasih palsunya saat ini mata Wonbin dan Jonghun bertemu.

“Jackpot”, ucap Jonghun ditengah sedakannya

 

 

 

 

“Wah, tak kuduga ternyata kalian disini juga ya? Kebetulan sekali kalau begitu”, Wonbin mulai mengeluarkan beberapa patah katanya. Dia merasa inilah saat yg tepat untuk mengenalkan Jonghun yg notabene adalah sahabat baiknya dengan tunangannya Lee Jaejin

“Ahaha, aku juga tak menyangka kalau kau disini juga Wonbin-ah”

 

Disaat Wonbin –yg ditemani Jaejin tentunya- dan Jonghun yg tengah duduk bersama di karpet mini untuk piknik yg direncanakan oleh Jonghun tadi, Hongki memilih menjauh, duduk dibawah mapple yg sangat sejuk itu, Hongki lebih memilih tertidur dan mengabaikan tertawaan mereka yg semakin menambah bising sore hari itu. Belum semenit juga Hongki terlelap, dia dikagetkan oleh munculnya Jonghun yg dengan paksa menyeretnya untuk duduk di karpet itu juga dan mengikuti meeting kecil bersama teman dan mantan kekasihnya.

 

“Jonghun-ah…

“Wonbin-ah…

Jonghun dan Wonbin sama-sama ingin memulai pembicaraan baru

“Ahaha kau duluan saja”, ucap Jonghun pada Wonbin.

“Hmm, begini Jonghun-ah, aku ingin mengenalkanmu pada seseorang”

Degg…

Bagai ditusuk ribuan jarum, entah sejak kapan Jonghun mulai memegang jemari Hongki yg terlihat disembunyikan di antara bawah hoodienya. Hongki yg melihat gelagat aneh Jonghun hanya menggigit bibirnya dan membalas tatapan Jonghun yg sangat manis itu.

“Ah benarkah?”, Jonghun mulai bertanya diiringi senyuman yg Hongki tahu sangat tak tulus itu

“Ne, kenalkan, ini tunanganku, namanya Lee Jaejin, dan Jaejinnie, kenalkan dia sahabat terbaikku Choi Jonghun”

 

Jaejin hanya menunduk sopan dan dibalas serupa oleh Jonghun. Walaupun keduanya saling mengenal dan dulu sempat saling memiliki, Jonghun tahu bahwa keinginan terbesar Jaejin adalah berpura-pura tak mengenalnya. Hongki yg semakin miris melihat tampang Jonghun saat itu mulai mengeratkan pegangan tangannya pada Jonghun.

 

“Oh ya tadi kau mau berkata apa Jonghun-ah? Katakanlah”

“Ah ne, itu tadi…

 

Hongki membaca gelagat Jonghun dengan cepat ia memotong pembicaraan Jonghun tadi

 

“Maaf tuan Oh, aku lupa memberi tahukan sesuatu saat kita bertemu di café milikmu tadi pagi, aku ingin mengatakan bahwa aku bukan hanya teman Choi Jonghun, tetapi aku juga pacarnya saat ini, benarkan Jonghunnie?”, Hongki terlihat menggembungkan kedua pipinya, membuat Jonghun yg saat itu tak memiliki rasa apapun terhenyak dan berkata dalam hati ‘mengapa aku baru menyadari bahwa kau itu sangat cantik Hongki-ya?’. Jonghun masih tak mengedipkan matanya dan tetap memandang Hongki diikuti tepuk tangan meriah dari Wonbin. Ia terlihat sangat antusias, mengingat Jonghun telah lama tak memiliki pacar sejak kaburnya sosok yeoja yg sangat berarti buat Jonghun, bahkan Wonbin pun tak tahu siapa yeoja itu sebenarnya.

 

 

 

 

“Bye…. Joshimaeyo –hati hati- semoga kita bisa bertemu dilain waktu, kapan-kapan aku akan mengirim email padamu agar kita mengadakan double date bersama dan Hongki-ya, jangan lupa kau mulai bekerja besok”, Jonghun dan Hongki hanya mengganggukan kepalanya berbarengan lalu segera enyah entah kemana bersama motor butut kesayangan Jonghun itu. Ditengah perjalanan Jonghun mulai berujar pada Hongki

 

“Hongki-ya, gomawoyo, tanpa kau mungkin aku takkan berani memunculkan diriku, dan mengetahui bahwa Jaejinnie yg dulu bersamaku adalah tunangan sahabat baikku”

“Ah, ne~~ sesuai janjimu tadi, kali ini kita makan diluar kan? kkkk~~”

Jonghun menghentikan motornya, berhenti di sebuah kedai kecil, ia menyuruh Hongki untuk masuk, diikuti dirinya dibelakangnya.

 

“Eoh? Kita makan disini? Wah, sudah lama sekali aku tak minum-minum dan merasakan aroma nikmatnya beberapa potong daging yg sedang dipanggang, gomawoyo Jonghunnie”

“Mwo? Jonghunnie? Aigoo kau jangan terlalu terbawa suasana, kau tak mau membuat orang lain terpesona padamu kan? Jangan bertindak sok imut begitu”

“Ah iya, aku masih memakai gaya bicara saat kita tadi bersama Wonbin dan..

 

Air muka Jonghun berubah, sepertinya Hongki harus berhati-hati dalam mengucapkan nama Jaejin dan Wonbin. Karena merasa bersalah, Hongki segera menarik lengan Jonghun menuju meja yg masih kosong beberapa meter tak jauh dari tempatnya berdiri.

 

“Uwaaa, massita! Ini enak sekali Jonghun-ah, aku berjanji kalau aku sudah mendapatkan gaji, aku akan mentraktirmu disini kkk ayo makan dagingmu Jonghun-ah”

 

Selagi Hongki menghabiskan makanannya, Jonghun hanya termenung sembari menegak arak yg sudah beberapa botol ia habiskan, Jonghun hanya mengingat kembali bagaimana tatapan dingin Jaejin saat menatapnya tadi.

 

“Kau sudah kenyang?”

“Oh ne, kenyang sekali, ah gomawoyo Jonghunnie kkkk”

“Kalau begitu sekarang giliranku, aku akan membawamu kesuatu tempat dan ingat kau harus mengikutiku, ok?”

“Baiklah…”

 

 

 

Jonghun mempercepat laju motor bututnya, sementara Hongki hanya melirik sebentar jam kecil di tangannya. Jam telah menunjukkan pukul 9 malam, entah Jonghun ingin membawanya kemana, Hongki hanya pasrah, yg terpenting adalah perutnya sudah kenyang. Motor berhenti, Jonghun menyuruh Hongki untuk turun dan sekarang meraka telah sampai di pinggiran sungai Han. Jonghun melangkah lebih dahulu, diikuti langkah kecil sang pemilik sepatu kets berwarna pink pucat beberapa langkah dibelakangnya. Jonghun mengeratkan jaket tebalnya, udara malam di Seoul memang sangatlah dingin, ia melihat ke belakangnya, memastikan bahwa bocah kecil yg harus dipanggilnya dengan sebutan Hyung itu masih mengikutinya, dan ia hanya terheran-heran, mengapa cara jalannya seperti yeoja, ck mungkin ia memanglah yeoja. Jonghun menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, membuat Hongki yg berada di belakangnya menubruknya. Bagaimana tidak? Hongki berjalan dengan pandangan mata menunduk, melangkah kecil-kecil sesuai ukuran petak-petak semen sebagai tempat alas kakinya beradu.

 

“Makanya, kalau berhenti itu bilang-bilang”, Hongki mendengus, mengerucutkan bibirnya, membuat Jonghun geram dengan tingkah Hongki saat itu. Hongki melanjutkan ayunan ayunan kecil kakinya, menggerakan tubuhnya seolah ia pebalet handal, ia tak perduli walaupun Jonghun menyuruhnya agar tetap dibelakangnya, ia mengabaikan teriakan kecil Jonghun yg memanggilnya. Sampai ia dengar suara Jonghun yg nyaris mentulikan kedua telinganya itu

 

“Lee Hongki!! Berhenti disitu!”

“Ah, baiklah”, Hongki menjawab kecil lalu berhenti dan membalikkan tubuhnya, seketika itu ia terkaget akan Jonghun yg sudah berada tepat di hadapannya, Hongki memasang tampang polosnya, ia membeku untuk beberapa waktu, dengan secepat kilat ia mencerna untuk beberapa detik, menyentuh kedua bibirnya yg basah itu, dan mulai mengucapkan secara terbata-bata

“Ka..u.. Jong…hun…ah… tad..i…ka..u…men..ci…um…ku?”

 

 

 

To be continue…..